Kamis, 10 November 2016

Makalah Penganggaran dan Perencanaan Pengendalian



Penganggaran dan Perencanaan Pengendalian
Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas
Mata Kuliah Akuntansi Manajemen
Dosen Pengampu : Fani Indriyani, M.Si.

Logo_IAIN_Salatiga copy.png

Disusun oleh:

1.     Muhammad Ma’arif                         (213-14-106)
2.     Ahmad Wahid Syahrizal Rizqi                      (213-14-233)
3.     Jamal Abdul Malik                          (213-14-234)
4.      
5.      



JURUSAN PERBANKAN SYARIAH (S1)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016



Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Penganggaran dan Perencanaan Pengendalian..
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
   
                                                                                     Salatiga,  01 November 2016

   
                                                                                              Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Dalam suatu perusahaan atau organisasi yang didirikan pastilah memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai dengan cara yang efektif dan efisien. Pencapaian tujuan tersebut memerlukan perencanaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan kerja yang baik. Dari perencanaan dan kegiatan yang baik diharapkan mampu membantu dan mempermudah organisasi dalam mencapa  tujuannya secara efektif dan efisien. Oleh karena itu setiap organisasi diharapkan menyusun anggaran, karena penganggaran itu penting untuk membuat perencanaan dan mengendalikan kegiatan perusahaan. Pengendalaian dan perencanaan harus disusun secara teliti,penuh pertimbangan dan serta disesuakaan dengan kondisi perkembangan yang terjadi saat ini.
Perlunya anggaran bagi manajemen adalah dapat menjabarkan perencanaan, pengawasan, pengendlian, koordinasi dan sebagai pendomankerja secara sistematis, juga digunakan untuk mengetahui penyimpangan penyimpangan yang terjadi dan terpenting untuk meningkatkan tanggung jawab dari masing-masing karyawan atas pekerjaan yang menjadi kewajibannya.
B.  Rumusan Masalah
1.      Penganggaran, Pengertian dan Definisi
2.      Jenis-jenis Anggaran
3.      Sistem Penyusunan Anggaran
4.      Pendekatan Penyusunan Anggaran
5.      Penyusunan Anggaran Operasioanal
6.      Anggaran Fleksibel untuk perencanaan dan pengendalian
C.  Tujuan
1.    Mengetahui Penganggaran, Pengertian dan Definisi
2.    Mengetahui Jenis-jenis Anggaran
3.    Mengetahui Sistem Penyusunan Anggaran
4.    Mengetahui Pendekatan Penyusunan Anggaran
5.    Mengetahui Penyusunan Anggaran Operasiol
6.    Mengetahui Fleksibel untuk perencanaan dan pengendalian

BAB II
PEMBAHASAN
A.     Penganggaran, Pengertian dan Definisi
Menurut Anthony, Dearden dan Bedford, anggaran operasi sebenarnya adalah rencana tindakan yang dinyatakan dalam satuan uang untuk satu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan budget adalah rencana manajemen, dengan anggapan bahwa penyusunan anggaran akan mengambil langkah-langkah positif untuk merealisasi rencana yang telah disusun.
Sedangkan menurut Gunawan Adisaputra dan marwan Asri, menyatakan bahwa budget merupakan kata benda, yakni hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan tugas perencanaan. Sedang Penganggaran menunjukkan suatu proses sejak dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang perlu, pembagian tugas, dan pelaksanaan rencana tersebut sampai pada akhirnya, tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil pelaksanaan rencana itu.
Banyak sekali definisi atau konotasi budget yang lainnya, namun pengertian-pengertian dan definisi-definisi tersebut mempunyai karakteristik yang mirip, dan yang paling pokok bahwa budget merupakan suatu rencana tertulis mengenai kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh suatu organisasi selama jangka waktu tertentu.
B.     Jenis-jenis Anggaran
1.      Appropriation Budget
Budget ini memberikan batas daripada pengeluaran yang boleh dilakukan. Batas ini merupakan jumlah maksimum yang boleh dikeluarkan untuk suatu hal tertentu.
Misalnya : Anggaran dalam pemerintah.
2.      Performance Budget
Budget yang didasarkan atas fungsi, aktivitas dan proyek. Karena ditujukan pada fungsi dan kegiatan yang harus dilakukan, maka memungkinkan dibuatnya penilaian daripada biaya-biaya yang dihadapkan pada hasil-hasil yang dicapai, dan kemungkinan pula kita membuat penilaian prestasi (efisiensi).[1]
      Sebaliknya dalam appopriation budget pengawasan hanya terbatas pada apakah pengeluaran tidak melampaui jumlah yang telah ditetapkan, sedangkan mengenai prestasi memuaskan atau tidak, tidak menjadi persoalan.
3.      Fixed Budget
Fixed budget adalah budget yang dibuat untuk satu tingkat kegiatan (one level of activity) selama jangka waktu tertentu.
Misalnya :         Presentase dari kapasitas.
                        Jumlah produk yang dihasilkan selama jangka waktu tertentu.
                        Jumlah jam yang dikerjakan selama jangka waktu tertentu.
                        Anggaran ini disebut pula anggaran statis
4.      Anggaran Fleksibel
Suatu anggaran yang dibuat dalm rentang aktivitas, artinya beberapa aktivitas dipecah-pecah dari suatu rentang yang relevan. Dengan demikian fleksibel budget terdiri dari serangkaian fixed budget, dengan masing-masing tingkat yang berlainan.
C.     Sistem Penyusunan Anggaran
Anggaran disusun dengan berbagai sistem-sistem yang dipengaruhi oleh pikiran-pikiran yang melandasi pendekatan tersebut. Adapun sistem-sistem dalam penyusunan anggaran yang sering digunakan adalah :
a. Traditional Budgeting System (Sistem Anggaran Tradisional)
            Traditional budgeting system adalah suatu cara menyusun anggaran yang tidak didasarkan atas pemikiran dan analisa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penyusunannya lebih didasarkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran.
            Dalam sistem ini, perhatian lebih banyak ditekankan pada pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran secara akuntansi yang meliputi pelaksanaan anggaran, pengawasan anggaran dan penyusunan pembukuannya. Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan atas obyek-obyek pengeluaran, sedangkan distribusi anggaran didasarkan atas jatah tiap-tiap departemen/lembaga.
            Sistem pertanggungjawabannya hanya menggunakan kuitansi pengeluaran saja, tanpa diperiksa dan diteliti apakah dana telah digunakan secara efektif/efisien atau tidak. Mula-mula pemerintah memberi jatah dana untuk tiap-tiap departemen[2] lembaga kemudian setiap departemen/lembaga mengambil jatah dana tersebut dan menggunakannya untuk melaksanakan kegiatan sampai habis. Setelah dana tersebut habis dipakai, setiap departemen/lembaga melaporkan bahwa dana tersebut sudah dipakai. Jadi tolok ukur keberhasilan anggaran tersebut adalah pada hasil kerja, maksudnya jika anggaran tersebut seimbang (balance) maka anggaran tersebut dapat dikatakan berhasil, tetapi jika anggaran tersebut defisit atau surplus, berarti anggaran tersebut gagal.
            Jelaslah, di sini bahwa sistem anggaran tradisional lebih menekan pada segi pertanggungjawaban keuangan (dana) dari sudut akuntansinya saja tanpa diuji efisien tidaknya penggunaan dana tersebut. Anggaran diartikan semata-mata sebagai alat dan sebagai dasar legitimasi (pengabsahan) berapa besarnya pengeluaran negara dan berapa besarnya penerimaan yang dibutuhkan untuk menutup pengeluaran tersebut.
b. Performance Budgeting System
            Performance budgeting system berorientasi kepada pendayagunaan dana yang tersedia untuk mencapai hasil yang optimal dari kegiatan yang dilaksanakan. Sistem penyusunan anggaran ini tidak hanya didasarkan kepada apa yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi di dalam “Traditional Budget”, tetapi juga didasarkan kepada tujuan-tujuan atau rencana-rencana tertentu yang untuk pelaksanaannya perlu disusun atau didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dan biaya/dana yang dipakai tersebut harus dijalankan secara efektif dan efisien.
            Jadi, dalam sistem anggaran performance ini bukan semata-mata berorientasi kepada berapa jumlah yang dikeluarkan, tetapi sudah dipikirkan terlebih dulu mengenai rencana kegiatan, apa yang akan dicapai, proyek apa yang akan dikerjakan, dan bagaimana pengalokasian biaya agar digunakan secara efektif dan efisien.
            Sistem ini mulai menitikberatkan pada segi penatalaksanaan (management control), sehingga dalam sistem ini efisiensi penggunaan dana diperiksa, juga hasil kerjanya. Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan atas kegiatan dan telah ditetapkan suatu tolok ukur berupa standar biaya dan hasil kerjanya. Salah satu syarat utama untuk penerapan sistem ini adalah digunakannya sistem akuntansi biaya sebagai alat untuk menentukan biaya masing-masing program dan akuntansi biaya sebagai alat untuk mengukur tingkat efisiensi pengeluaran dana.
            Tolok ukur keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan atau hasil anggaran itu dengan menggunakan dana secara efisien.
c. Planning, Programming, Budgeting System (PPBS)
            Dalam PPBS ini, perhatian banyak ditekankan pada penyusunan rencana dan program. Rencana disusun sesuai dengan tujuan nasional yaitu untuk kesejahteraan rakyat karena pemerintah bertanggung jawab dalam produksi dan distribusi barang-narang maupun jasa-jasa dan alokasi sumber-sumber ekonomi yang lain. Pengukuran manfaat penggunaan dana, dilihat dari sudut pengaruhnya terhadap lingkungan secara keseluruhan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan atas tujuan-tujuan yang hendak dicapai di masa yang akan datang. Mengenai proses penyusunan PPBS ini, melalui beberapa tahap sebagai berikut:
            1.Menentukan tujuan yang hendak dicapai;
            2.Mengkaji pengalaman-pengalaman di masa lalu;
            3.Melihat prospek perkembangan yang akan datang;
            4.Menyusun rencana yang bersifat umum mengenai apa yang akan dilaksanakan.
Setelah keempat tahap, di atas selesai disusun, barulah memasuki tahap selanjutnya yang terdiri dari :
            1.Menyusun program pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan
            2.Berdasarkan program pelaksanaan ditentukan berapa jumlah dana yang  diperlukan untuk melaksanakan program-program tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam PPBS adalah:
            1.Untuk menerapkan sistem ini, dituntut kemampuan dalam menyusun rencana dan program secara terpadu
            2.Dibutuhkan informasi yang lengkap, baik informasi masa lalu maupun informasi masa yang akan datang yang relevan dengan kebutuhan penyusunan rencana dan program tersebut.
            3.Pengawasan mulai dilaksanakan sebelum pelaksanaan sampai selesainya pelaksanaan rencana dan program.
            Selain ketiga bentuk sistem penganggaran tersebut di atas, dikenal pula sistem penganggaran yang dinamakan Zero Based Budgeting (ZBB). ZBB merupakan sistem penganggaran yang didasarkan pada perkiraan kegiatan tahun yang bersangkutan, bukan pada apa yang telah dilakukan pada masa lalu. ZBB mensyaratkan adanya evaluasi atas semua kegiatan atau pengeluaran dan semua kegiatan dimulai dari basis nol, tidak ada level pengeluaran minimum tertentu.
D.     Pendekatan Penyusunan Anggaran
a.    Pendekatan Penggaran Terpadu
Penyusunan anggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan K/L untuk menghasilkan dokumen RKA-KL dengan klasifikasi anggaran menurut organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Integrasi atau memadukan proses perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi dalam penyediaan dana untuk K/L baik yang bersifat investasi maupun untuk keperluan biaya operasional.
b.    Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)
PBK merupakan penyusunan anggaran yang dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Penyusunan anggaran tersebut mengacu kepada indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja.
c.    Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)
KPJM adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran.
E.      Penyusunan Anggaran Operasioanal
1.      Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam menyusun anggaran.
2.      Pengolahan data dan informasi yang telah dikumpulkan untuk melakukan penaksiran-penaksiran.
3.      Menyusun anggaran serta menyajikannya secara sistematis.
4.      Pengkoordinasian pelaksanaan anggaran
5.      Pengumpulan data dan informasi untuk keperluan pengawasan kerja dengan melakukan penilaian.
6.      Pengolahan dan penganalisaan data untuk menghasilkan kesimpulan terhadap kegiatan kerja yang telah dilaksanakan serta menyusun kebijakan-kebijakan sebagai tindak lanjut dari kesimpulan yang telah di ambil.
F.      Anggaran Fleksibel untuk perencanaan dan pengendalian
Pada dasarnya antara perencanaan dan pengendalian itu dua hal yang berkaitan. Perencanaan disusun untuk pengendalian, sebaliknya pengendalian dilaksanakan dalam rangka tindak lanjut perencanaan, apabila digambarkan akan tampak pada Gambar 2.1. Pada Gambar 2.1 tampak bahwa langkahlangkah perencanaan dan pengendalian saling berkaitan. Dalam langkah pelaksanaan dan pengendalian digambarkan, pertama perencanaan dibuat sebelum dilaksanakan perlu dikendalikan, kemudian pelaksanaan perencanaan dievaluasi, setelah adanya evaluasi perencanaan perlu dikoreksi dan direvisi untuk perencanaan periode berikutnya begitu prosesnya terus-menerus.
Langkah-langkah menerapkan anggaran fleksibel untuk perencanaan dan pengendalian, adalah sebagai berikut.
Pertama: Pada awal periode, perusahaan menyusun anggaran (budget) yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap pada berbagai jenjang.
Kedua: Pada saat data realisasi pelaksanaan diketahui bandingkan dengan anggaran fleksibel pada tingkat kegiatan yang sama dan akan diketahui penyimpangan realitas dari anggaran.
Ketiga: Analisis seluruh penyimpangan yang terjadi dan mengevaluasi penyebabnya.
            Contoh:
PT. LUMEN ELEKTRIK mempunyai anggaran pendapatan dan biaya operasi sebagai berikut.
Tabel 1.3
PT.LUMEN ELEKTRIK
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BIAYA
PERIODE 2015
KA.PASITAS 100.000 UNIT
Jenis Uraian
Variabel / Tetap
Per Unit
Jumlah

Penjualan 100.000
Biaya Produksi
Bahan Baku
Upah Langsung
Overhead Pabrik
Overhead Pabrik
Biaya Produksi Total
Biaya Kotor Operasi

Biaya Operasi
Biaya Pemasaran
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi & Umum
Biaya Administrasi & Umum
Biaya Operasi Lain-lain
Biaya Operasi Lain-lain
Biaya Operasi Total
Biaya Operasi Bersih

Biaya di Luar Operasi
Biaya Sewa
Biaya Bunga


Laba Bersih



Variabel
Variabel
Variabel
Tetap




Variabel
Tetap
Variabel
Tetap
Variabel
Tetap




Tetap
Tetap


1.500

   200
   150
   150
   100
   600
   900


   100
     50
   120
     80
     50
     30
   430
   470


     50
     50
   100

   370

150.000.000

  20.000.000
  15.000.000
  15.000.000
  10.000.000
  60.000.000
  90.000.000


  10.000.000
    5.000.000
  12.000.000
    8.000.000
    5.000.000
    3.000.000
  43.000.000
  47.000.000


    5.000.000
    5.000.000
  10.000.000

  37.000.000

Pada akhir periode PT.LUMEN ELEKTRIK mempunyai laporan realisasi selama periode 2015 sebagai berikut.
Tabel 1.4
PT. LUMEN ELEKTRIK
LAPORAN LABA-RUGI
PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015

Penjualan 100.000

Biaya Produksi
Bahan Baku
Upah Langsung
Overhead Pabrik
Overhead Pabrik
Biaya Produksi Total

Biaya Kotor Operasi



Biaya Operasi
Biaya Pemasaran Variabel
Biaya Pemasaran Tetap
Biaya Administrasi & Umum Variabael
Biaya Administrasi & Umum Tetap
Biaya Operasi Lain-lain Variabel
Biaya Operasi Lain-lain Tetap

Total Biaya Operasi



Biaya di Luar Operasi
Biaya Sewa
Biaya Bunga

Total Biaya di Luar Operasi

90.000 Unit










Laba Kotor Operasi








Laba Bersih Operasi






Laba Bersih

@ 1.600


19.580.000
12.880.000
13.800.000
10.500.000







  9.000.000
  5.500.000
12.600.000
  7.500.000
  5.400.000
  3.000.000





  5.000.000
  5.000.000



144.000.000








  56.760.000

  87.240.000







  43.000.000

  44.240.000




  10.000.000

  34.240.000

Dari dua informasi anggaran dan realisasi tersebut maka langkah berikutnya adalah membandingkan antara kedua sumber informasi untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi. Sebelum kita mengevaluasi lebih lanjut antara anggaran fleksibel dan realisasi, terlebih dahulu akan ditunjukkan kelemahan anggaran tetap sebagai alat perencanaan dan pengendalian, coba Anda lihat bagaimana anggaran tetap tidak memberikan gambaran yang tepat dalam evaluasi pelaksanaan dengan memperhatikan Tabel 1.5 berikut.
Tabel 1.5
PT. LUMEN ELEKTRIK
PERBANDINGAN REALISASI DAN ANGGARAN TETAP
PERIODE 2015

Anggaran
(100.000 Unit)
Realisasi
(90.000 Unit)
Selisih Menguntungkan (M)
Tidak Menguntunkan (TM)

Penjualan

Biaya Produksi
Bahan Baku
Upah Langsung
Biaya Overhead Variabel
Biaya Overhead Tetap
Total Biaya Produksi

Laba Kotor Operasi

Biaya Operasi
Biaya Pemasaran Variabel
Biaya Pemasaran Tetap
Biaya Administrasi & Umum Variabel
Biaya Administrasi & Umum Tetap
Biaya Operasi Lain-lain Variabel
Biaya Operasi Lain-lain Tetap
Total Biaya Operasi

Biaya di Luar Operasi
Biaya Sewa
Biaya Bunga
Total Biaya di Luar Operasi

Laba Bersih

150.000.000

 
  20.000.000
  15.000.000
  15.000.000
  10.000.000
  60.000.000

  90.000.000


  10.000.000
    5.000.000
  12.000.000
    8.000.000
    5.000.000
    3.000.000
  43.000.000


    5.000.000
    5.000.000
  10.000.000

  37.000.000

144.000.000


  19.580.000
  12.880.000
  13.800.000
  10.500.000
 56.760.000

 87.240.000


   9.000.000
   5.500.000
 12.600.000
   7.500.000
   5.400.000
   3.000.000 43.000.000


   5.000.000
   5.000.000
10.000.000

34.240.000

 6.000.000    TM


    240.000     M
 2.120.000     M
 1.200.000     M
   (500.000)   TM
 3.240.000     M

 2.760.000     TM


 1.000.000     M
   (500.000)   TM
   (600.000)   TM
    500.000     M
   (400.000)   TM
   --------------
   --------------


   --------------
   --------------
   --------------

(2.760.000)   TM

Dengan melihat perbandingan antara anggaran tetap dan realisasi pada Tabel 1.5 maka penganalisis (manajemen) bisa mengambil suatu kesimpulan yang salah, lihat saja pada penjualan yang dianggarkan sebesar Rp150.000.000,00 hanya terealisir Rp144.000.000,00 maka tampak selisih Tidak Menguntungkan sebesar Rp6.000.000,00 karena hasil jual tidak mencapai anggaran. Hal ini sebetulnya tidak benar, ketidakbenaran tersebut disebabkan karena membandingkan dua hal yang berbeda, yaitu tolok ukur untuk 100.000 unit dibandingkan dengan realisasi yang berjumlah 90.000 unit. Contoh lain tampak pada biaya bahan baku, upah langsung dan biaya-biaya variabel lainnya. Coba Anda amati akun biaya bahan baku dalam laporan perbandingan di atas, tampak bahwa biaya bahan baku dianggarkan sebesar Rp20.000.000,00 dan realisasinya hanya sebesar Rp19.580.000,00 atau ada selisih menguntungkan sebesar Rp420.000,00. Sekarang kalua laporan menunjukkan hal yang sama, tentunya pihak yang mengeluarkan dan membeli bahan baku akan mendapat pujian karena penghematannya, hal ini sama sekali tidak benar, mengapa? Sebab apabila diteliti lebih lanjut sebenamya biaya bahan-bahan dan beberapa akun biaya lain akan menimbulkan selisih tidak menguntungkan, karena bahan baku tersebut dianggarkan Rp20.000.000,00 untuk 100.000 unit (atau per unit Rp200,00), sehingga apabila realisasinya hanya 90.000 unit, seharusnya biaya bahan baku yang dikeluarkan adalah 90.000 x Rp 200,00 = Rp18.000.000,00 atau ada pemborosan sebesar Rp1.580.000,00 (Rp18.000.000,00 Rp19.580.000,00). Sekarang kita coba membandingkan realisasi dengan anggaran fleksibel pada kapasitas (tingkat kegiatan) 90.000 unit. Pada kapasitas sesungguhnya 90.000 unit biaya variabel sesuai dengan sifatnya, seharusnya akan dikeluarkan sebesar 90.000 x biaya variabel per unit, sedang biaya tetap kapasitas berapa pun akan tetap jumlah totalnya. Fleksibel dengan realisasinya akan tampak seperti Tabel 1.6 berikut ini.
Tabel 1.6
PT. LUMEN ELEKTRIK
PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN FLEKSIBEL DENGAN REALISASI
KAPASITAS 90.000 UNIT
Uraian
Anggaran Fleksibel
Realisasi
Selisih
(M / TM)

Penjualan 90.000 Unit

Biaya Variabel
Bahan Baku
Upah Langsung
Overhead Pabrik
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi Umum
Biaya Operasi Lain-lain
Jumlah Biaya Variabel

Laba Kontribusi

Biaya Tetap
Biaya Overhead
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi & Umum
Biaya Operasi Lain-lain
Biaya Sewa
Biaya Bunga
Jumlah Biaya Tetap

Laba Bersih

135.000.000


   18.000.000
   13.500.000
   13.500.000
     9.000.000
   10.800.000
     4.500.000
  69.300.000

  65.700.000


  10.000.000
    5.000.000
    8.000.000
    3.000.000
    5.000.000
    5.000.000
 36.000.000

 29.700.000

144.000.000


   19.580.000
   12.880.000
   13.800.000
     9.000.000
   12.600.000
     5.400.000
  73.260.000

  70.740.000


  10.500.000
    5.500.000
    7.500.000
    3.000.000
    5.000.000
    5.000.000
 36.500.000

 34.240.000

  9.000.000


(1.580.000)
     620.000
    (300.000)
   -------------
(1.800.000)
   (900.000)
(3.960.000)

 5.040.000


   (500.000)
   (500.000)
     500.000
   -------------
   -------------
   -------------
   (500.000)

 4.540.000

M


TM
M
TM

TM
TM
TM

M


TM
TM
M



TM

M

Setelah kita membandingkan realisasi dengan anggaran fleksibel maka tampak selisih yang menguntungkan dan selisih-selisih yang tidak menguntungkan dengan benar, artinya biaya-biaya seharusnya dikeluarkan secara proporsional dengan kapasitas dibebankan secara proporsional (yaitu pada kapasitas 90.000 unit), sedang biaya yang tidak dipengaruhi perubahan kapasitas dibebankan secara total tanpa perubahan.
Tabel 1.6 menunjukkan bahwa biaya-biaya variabel yang dikeluarkan lebih besar dari anggarannya yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya overhead, biaya pemasaran, biaya administrasi dan biaya operasi lain-lain.
Sedangkan biaya variabel upah langsung bisa dihemat sebesar Rp620.000,00. Secara keseluruhan PT.LUMEN ELEKTRIK mempunyai laba bersih yang lebih besar dibandingkan dengan yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya.
Penyusunan anggaran fleksibel dan departemenisasi biaya
Pada perusahaan yang cukup besar, operasi perusahaan biasanya dilakukan oleh departemen (bagian). Masing-masing departemen mempunyai tanggung jawab dan wewenang individu, begitu juga dalam penentuan biaya, untuk tiap-tiap departemen mempunyai tanggung jawab penentuan biaya untuk tiap-tiap departemen masing-masing. Biaya langsung departemen jelas merupakan tanggung jawab, tetapi biaya yang tidak langsung belum tentu seluruhnya terdiri dari dua kelompok biaya, pertama biaya yang bisa dikendalikan oleh masing-masing departemen yang disebut biaya yang terkendali (Controllable Cost) dan biaya yang tidak bisa dikendalikan oleh departemen disebut biaya yang tidak terkendali (Non Controllable Cost). Penyusutan anggaran fleksibel untuk tiap-tiap departemen akan lebih bermanfaat karena bisa dipakai sebagai alat pengawasan terhadap biaya-biaya yang terjadi pada departemen-departemen dalam perusahaan, sehingga sebaiknya penyusunan dan penyajiannya terinci, memisahkan biaya yang termasuk biaya yang bisa dikendalikan departemen dan biaya yang tidak bisa dikendalikan departemen.
Contoh: Sebuah anggaran fleksibel yang disusun untuk departemen pembangkit listrik dari PT.ANGKASA bulan Mei 2015 sebagai berikut.
Tabel 1.7
PT ANGKASA
ANGGARAN BIA Y A BULAN Mel 2015
DEPARTEMEN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

TBV
Jam
(Rp)
Biaya Tetap
Per Bulan
(Rp)
Tingkat kegiatan
90%
(Rp)
100%
(Rp)
110%
(Rp)
120%
(Rp)
Biaya Terkendali
Upah tak langsung
Upah langsung
Bahan penolong
Reparasi
Pemeliharaan

900
200
500
  80
100

-
    800.000
-
 2.000.000
 4.000.000

13.500.000
  3.800.000
  7.500.000
  3.200.000
  5.500.000

16.200.000
  4.400.000
  9.000.000
  3.440.000
  5.800.000

18.900.000
  5.000.000
10.500.000
  3.680.000
  6.100.000

21.600.000
  5.600.000
12.000.000
  3.920.000
  6.400.000


 6.800.000
 33.500.000
38.840.000
44.180.000
49.520.000
BiayaTidak Terkendali
Pengawas pusat
Pajak dan asuransi
Depresiasi


  3.200.000
     800.000
25.000.000

  3.200.000
     800.000
25.000.000

  3.200.000
     800.000
25.000.000

  3.200.000
     800.000
25.000.000

  3.200.000
     800.000
25.000.000


29.000.000
29.000.000
29.000.000
29.000.000
29.000.000
Jumlah Biaya
1.780
35.800.000
62.500.000
67.840.000
 73.180.000
78.520.000
*TBV = Tarif Biaya Variabel

Meskipun dalam perhitungan anggaran fleksibel di atas disusun untuk tiap-tiap bulan, bukan berarti anggaran fleksibel harus disusun bulanan. Anggaran fleksibel juga bisa disusun berdasar batas waktu yang lain
misalnya, tri wulan, semester, tahunan dan sebagainya.


BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Perencanaan   adalah pandangan kedepan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan tujuan tertentu. Sedangkan pengendalian adalah melihat kebelakang,menentukan apakah yang sebenarnya telah terjadi, dan membandingkan dengan hasil yang direncanakan sebelumnya.
            Dalam organisasi dan perusahaan anggaran sangat dibutuhkan untuk sebagai alat untuk pengawasan dan pengendalian dan juga untuk esiensi dan efektifitas dana suatu organisasi. Anggran juga mempunyai beberrapa komponen dantaranya anggaran operational dan keuangan, dan masih terbagi beberapa komponen lagi, dan semuanya saling mempunyai keterkaitan satu sama lainnya,
B.     Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini tentang “Penganggaran dan Perencanaan Pengendalian”, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya Pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan Judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan Saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan Penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini Berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

Daftar Pustaka
Ahmad, Kamaruddin. 2014.  Akuntansi manajemen. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada




[1] Kamaruddin Ahmad, Akuntansi Manajemen, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2014) hlm 183
2 Kamaruddin Ahmad, Akuntansi Manajemen, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2014) hlm 187
[2] Kamaruddin Ahmad, Akuntansi Manajemen, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2014) hlm 187
google-site-verification: google9578d684d787f4e5.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar